Postingan

Diary eps. 14

  Dalam hening, aku menghela nafas panjang, berpikir dan bertanya, kemudian berusaha menatap ke depan. Mungkin, semua orang pernah merasakan hal serupa, ketika si pemberi warna datang ke hidupku, dan aku menyuguhkan ruang paling berharga untuknya,   namun setelahnya, dengan mudah ia pergi, meninggalkan banyak cerita yang sudah kira lalui, tanpa pernah peduli pada hal selanjutnya yang aku rasa. Sementara itu, aku harus terus untuk kembali bangkit dengan keadaan yang masih di lilit rasa sakit, pada akhirnya, semua itu bisa terjadi tanpa pernah kita duga sebelumnya, yang penting untuk di pahami adalah tentang bagaimana mengimbangi sebuah rasa, agar tidak cacat logika.  Makasiiii, ya, sudah menjadi hal terbaik dan terburuk yang pernah terjadi.    Pandeglang, 2025 dengan berbagai hal yang masih ingin ku kenang.

Diary eps. 13

REFLEKSI & EVALUASI  April, Mei, Juni, Juli dan Agustus  Hallo, pad! Long time tak bersua. Complicated pad, semua berjalan tak sesuai harapan, semua nampak spontan, nampak tak akan kejadian, nampak tak akan di tinggalkan sehingga membuatku jatuh sejatuhnya, melepaskan nyaman dengan sepihak, sampai ku tak bisa berkata, saking speechless dengan semuanya, akan tetapi bumi terus berputar, hidup terus berjalan, dan di paksa keadaan untuk tetap berdiri meski terrtatih-tatih, Tapi, pada akhirnya semua tentang pembelajaran yang harus tetap ku syukuri, yang harus tetap ku jalani.  April, Mei, Juni, Juli & Agustus, banyak jatuh juga banyak tumbuh, seolah semesta semakin  nunjukkin keadilan terhadap hambaNya, seolah tuhan ingin mengasihi aku dengan cara terbaikNya, atau mungkin rute ku sudah terlalu jauh dariMu (?), semua seperti puzle, pad. Puzle yang harus ku pecah dan susun sendirian. Di balik itu semua, aku tetap bersyukur, karena banyak hal-hal baik yang datangnya ...

Diary eps. 12

 Hallo, pad. Malaaam. Saat ini aku sedang mengampu UTS semester enam ku,, rasanya, baru kemarin aku menulis "untungnya bumi masih berputar, dan aku tak pilih menyerah" . dan saat ini, rasanya aku ingin nyerah, ternyata aku tak sekuat yang ku kira, tekanan dari berbagai sisi rasanya tak mampu ku menopangnya lagi, bahkan keadaan pun menekanku tuk mengalah dan menyerah . disini ku sadar, ternyata betapa rentannya hidup yang ku ampu. sebetulnya mengeluh dan bercerita pun tak mengubah situasi apapun, cukup di rasakan dan di validasi bahwa 'aku juga manusia, butuh merasakan kesedihan'. Yaaaa begitulah, tak ingin menyalahkan pihak manapun, sekadar ingin menikmati sisi lemahku sebagai manusia biasa. - ditulis di Lebak selatan, tepatnya di belakang rumah (karena gaada jaringan) wkwkk  

Diary eps. 11

Hallo, selamat malam, Pad... Lama yaa tak bersua, aku saat ini sedang mengarungi semester enam ku, Pad. Cepat sekali, rasanya baru kemarin aku semester lima ditemani lika-liku hiruk pikuk dunia.  Baru saja ku baca sebuah utas, dari salasatu pengguna Instagram, katanya "Ingat gak? hidupmu pernah diselamatkan dengan pindah ke kota lain", dan yappp hal tersebut relateble buat hidupku.  Rasanya baru kemarin aku memutuskan untuk beranikan diri mengampu pendidikan tinggi, yaa meski hanya lintas regional, akan tetapi histori perihal itu sangat melekat di dalam kepala, tentang aku yang pergi sendirian, tentag aku yang bertahan hidup sendirian di Pandeglang,  tentang bagaimana panik nya diriku dengan budaya disini, dengan background rekan-rekan ku yang mayoritas lulusan sekolah negeri dan ternama, rasanya hanya seorang diri yang berasal dari daerah dan sekolah terpencil di Banten selatan sana. Akan tetapi, untugnya bumi masih berputar, dan aku tak pilih menyerah.

Diary eps. 10

Garis Waktu Versiku Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, ada nasa dimana aku bertemu dengan si pemberi setitik warna, namun sangatlah berarti. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, selalu ada masa ku ingin menuju titik-titik menyenangkan bersamamu. Maka, terus ku jalankan saja. Karena sesungguhnya, yang lebih menyenangkan dari segalanya, adalah menemukanmu dan menua bersama.

Diary eps.9

Selamat malam ruang bercerita, ku.  Kali ini, aku tak mengoceh perkara kuliah, kali ini ku ingin mengoceh tentang manusia si pemberi warna, ingin ku interpretasi dengan rangkaian kata dan afirmasi.   Pad, semuanya berjalan secara tiba-tiba, beriringan dengan lika-liku semester lima ku. Hadirnya si pemberi warna, tentu menjadi salasatu hal terbaik yang terjadi di hidupku. Semua hal baik yang selalu dia usahakan, tentu sangat membuat aku tidak merasa sendiri lagi dalam mengarungi ketidakpastian-ketidakpastian hidup ini.  Aku yang dahulu redup, kini menemukan warna favoritku sendiri, warna yang menghampiriku tanpa terduga, warna yang mengasihi dan meperbaiki jalanku dengan baiknya, warna yang senantiasa mewarnai semestaku, dan semoga warnaku tak redup dan takkan pernah redup.   ILYY from 102km.  

Buku: Yang Tenang, Ada Allah

Jika hidup berjalan sesuai maunya kita, mungkin tidak sebaik sekarang keadaannya. Bisa jadi lebih buruk dan lebih menyedihkan, kita bisa apa dengan segala keterbatasan?.  Sedangkan, untuk yang terjadi besok saja yaa entah apa, kita tidak tahu. Sedangkan Yang Maha Esa mengetahui segalanya. Sang Maha Kuasa, Sang Maha Pengatur seluruh Alam semesta. Maka biarlah dia yang mengatur kita. Terima saja takdir Allah, yang tenang, bersama Allah semua kan baik-baik saja, tugas kita cukup Khusnudzan terhadap Nya. - Umi Indadari dalam buku "Yang Tenang, Ada Allah".